Tanggal 1 Januari 2010, sekitar jam 4 pagi, aku terbangun dari tidurku. Aku merasa heran mengapa mulai banyak keluar lendir. Aku berpikir, jangan-jangan ini tanda aku hendak melahirkan. Tapi aku diam saja dan mencoba kembali tidur. Jam 6 pagi aku mulai merasakan kontraksi, sementara lendir juga terus keluar. Segera aku memberitahu mamaku kemudian suami. Mamaku yakin itu tanda-tanda hendak melahirkan!
Aku mulai panik, sambil berpikir “Wow, beginikah rasanya hendak melahirkan?” “Apakah bayiku akan lahir hari ini tepat tanggal 1?” Macam-macam perasaan bercampur-aduk; takut, khawatir, bersemangat, sekaligus senang karena sebentar lagi bertemu dengan bayiku.
Sekitar jam 9, aku, suami, dan mamaku pun berangkat ke RSU Budi Rahayu. Setelah dicek, ternyata baru bukaan 2. Jadi kami memutuskan pulang. Apesnya, karena saat itu adalah awal tahun sehingga dokter SPOG yang mestinya menanganiku, sedang cuti! :( Aku pun semakin panik (*benar-benar bukan perasaan yang menyenangkan!). Terpaksa kami memakai dokter yang tersedia.
Selama di rumah perutku terus terasa sakit. Aku tidak bisa tidur. Untung lah ada suami yang selalu siap sedia berada di sampingku saat aku membutuhkannya. Malam itu pula aku dan suami tidak tidur sama sekali, karena aku selalu mengeluh kesakitan dan dia menemaniku.
Paginya (tanggal 2) kami kembali ke rumah sakit. Bukaan 4. Diputuskan akan langsung mondok saja. Kontraksi terus berlanjut, dan mulai menjalar sampai ke pinggang dan sekitarnya. Aku stres karena kesakitan. Suami selalu setia mendampingi. Kami sudah sepakat untuk terus bertahan karena satu alasan: aku ingin melahirkan secara normal agar ketika si bebi dikeluarkan, aku dapat langsung memeluknya :)
Malam itu kembali aku dan suami tidak bisa tidur. Akhirnya sekitar jam 4 atau 5 air ketuban pecah. Aku pun dilarikan ke ruangan bersalin. Tidak ada rasa paling tidak nyaman selama proses melahirkan selain rasa ingin mengejan yang teramat sangat padahal belum waktunya! Bahkan rasa sakit karena kontraksi saja kalah! :(
Dokter datang sekitar 5.30. Proses melahirkan pun dimulai. Karena beberapa sebab, aku gagal melahirkan secara normal, dan aku tidak bisa memeluk bayiku sesegera dia keluar dari rahimku :(( Ya, aku melahirkan lewat operasi caesar. Untung lah aku tidak dibius total :)
Pukul 7.55 pagi, 3 Januari 2010, tangisan anakku memecah ruang operasi. Dia menangis kencang, dan aku tidak dapat melukiskan betapa bahagia diriku mendengarnya! :)) Mereka memperlihatkannya padaku dan aku tersenyum bahagia melihat nya adalah bayi yang sehat. Waktu suster mendekatkan pipinya untuk kucium, aku merasa aneh dan takjub, karena 'dia adalah bayiku yang sudah aku tunggu-tunggu, bayi yang sudah aku sayangi sebelum aku tahu wajahnya.'
note: Kontraksi itu sakitnya seperti mules waktu hendak/sedang mens, cuma jauh lebih parah!
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-vFFh4hwyHAmnIZ4JM2lsm48B8EAMQ9CD7u8W0d-dWdeV3Eg01zIOsxqOyUDTndTmwYhwi9Iu79sn8Ioc7FFcWNGKauLVrRMX6fsI8N2qgNV4UGPxk5rvBmWpJN1gJedVXc8KkRB9nxA/s320/IMG_0665.JPG)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxkbMXc0ZCJR-h8SDKwlx4QSnW5JzneqdGJ_5DtKdFgJtPVOYUGk0C7fBdDRL8wJ5nzcSSK1Y1SEQ_f-xyb9u3c-a36aZs_dAZCbtiX3e3j7u8yiE-nguE_wyjlQTK12jSEVL7zkl89bw/s320/IMG_0666.JPG)
Aku mulai panik, sambil berpikir “Wow, beginikah rasanya hendak melahirkan?” “Apakah bayiku akan lahir hari ini tepat tanggal 1?” Macam-macam perasaan bercampur-aduk; takut, khawatir, bersemangat, sekaligus senang karena sebentar lagi bertemu dengan bayiku.
Sekitar jam 9, aku, suami, dan mamaku pun berangkat ke RSU Budi Rahayu. Setelah dicek, ternyata baru bukaan 2. Jadi kami memutuskan pulang. Apesnya, karena saat itu adalah awal tahun sehingga dokter SPOG yang mestinya menanganiku, sedang cuti! :( Aku pun semakin panik (*benar-benar bukan perasaan yang menyenangkan!). Terpaksa kami memakai dokter yang tersedia.
Selama di rumah perutku terus terasa sakit. Aku tidak bisa tidur. Untung lah ada suami yang selalu siap sedia berada di sampingku saat aku membutuhkannya. Malam itu pula aku dan suami tidak tidur sama sekali, karena aku selalu mengeluh kesakitan dan dia menemaniku.
Paginya (tanggal 2) kami kembali ke rumah sakit. Bukaan 4. Diputuskan akan langsung mondok saja. Kontraksi terus berlanjut, dan mulai menjalar sampai ke pinggang dan sekitarnya. Aku stres karena kesakitan. Suami selalu setia mendampingi. Kami sudah sepakat untuk terus bertahan karena satu alasan: aku ingin melahirkan secara normal agar ketika si bebi dikeluarkan, aku dapat langsung memeluknya :)
Malam itu kembali aku dan suami tidak bisa tidur. Akhirnya sekitar jam 4 atau 5 air ketuban pecah. Aku pun dilarikan ke ruangan bersalin. Tidak ada rasa paling tidak nyaman selama proses melahirkan selain rasa ingin mengejan yang teramat sangat padahal belum waktunya! Bahkan rasa sakit karena kontraksi saja kalah! :(
Dokter datang sekitar 5.30. Proses melahirkan pun dimulai. Karena beberapa sebab, aku gagal melahirkan secara normal, dan aku tidak bisa memeluk bayiku sesegera dia keluar dari rahimku :(( Ya, aku melahirkan lewat operasi caesar. Untung lah aku tidak dibius total :)
Pukul 7.55 pagi, 3 Januari 2010, tangisan anakku memecah ruang operasi. Dia menangis kencang, dan aku tidak dapat melukiskan betapa bahagia diriku mendengarnya! :)) Mereka memperlihatkannya padaku dan aku tersenyum bahagia melihat nya adalah bayi yang sehat. Waktu suster mendekatkan pipinya untuk kucium, aku merasa aneh dan takjub, karena 'dia adalah bayiku yang sudah aku tunggu-tunggu, bayi yang sudah aku sayangi sebelum aku tahu wajahnya.'
note: Kontraksi itu sakitnya seperti mules waktu hendak/sedang mens, cuma jauh lebih parah!
Rafael Andrei Federico. Lahir: 3 Jan 2010, 7.55 WIB. BB: 3.7 kg. PB: 50 cm.
0 comments:
Posting Komentar